MAKALAH
ELEKTIF (WOUND CARE)
(Fasilitator; Ns. Supriadi.,M.Kep)
Oleh:
M. Abdika Hilalludden
NIM: 1507MK619
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK
TIMUR - NTB
T.A
2017/2018
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan
makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan serta bimbingan, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan
adanya makalah ini, di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Kami
juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan doa.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTEAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A.
Latar
Belakang............................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah......................................................................... 1
C.
Tujuan............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2
A.
Definisi
Kulit sebagai organ.......................................................... 2
B.
Struktur
Kulit................................................................................. 2
C.
Proses
Penyembuhan Luka........................................................... 7
BAB III PENUTUP................................................................................... 12
A.
Kesimpulan..................................................................................... 12
Daftar Pustaka........................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna
dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi
fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D
(Djuanda, 2007). Kulit juga sebagai barier infeksi dan memungkinkan bertahan
dalam berbagai kondisi lingkungan (Harien, 2010).
Kulit beserta turunannya, meliputi
rambut, kuku, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar mamma disebut
juga integumen. Fungsi spesifik kulit terutama tergantung sifat epidermis.
Epitel pada epidermis ini merupakan pembungkus utuh seluruh permukaan tubuh dan
ada kekhususan setempat bagi terbentuknya turunan kulit, yaitu rambut, kuku,
dan kelenjar-kelenjar.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian kulit?
2. Bagaimana
struktur dari kulit?
3. Bagaimana
proses peyembuhan pada kulit?
C.
Tujuan
1. Mahasiswa
mampu menjelaskan pengertian dari kulit
2. Mahasiswa
mampu memahami serta menjelaskan struktur-struktur pada kulit
3. Mahasiswa
mampu memahami proses penyembuhan luka pada kulit.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kulit sebagai organ
Kulit merupakan organ yang tersusun dari
4 jaringan dasar:
1. Kulit
mempunyai berbagai jenis epitel, terutama epitel berlapis gepeng dengan lapisan
tanduk. Penbuluh darah pada dermisnya dilapisi oleh endotel. Kelenjar-kelenjar
kulit merupakan kelenjar epitelial.
2. Terdapat
beberapa jenis jaringan ikat, seperti serat-serat kolagen dan elastin, dan
sel-sel lemak pada dermis.
3. Jaringan
otot dapat ditemukan pada dermis. Contoh, jaringan otot polos, yaitu otot
penegak rambut (m.arrector pili) dan pada dinding pembuluh darah, sedangkan
jaringan otot bercorak terdapat pada otot-otot ekspresi wajah.
4. Jaringan
saraf sebagai reseptor sensoris yang dapat ditemukan pada kulit berupa ujung
saraf bebas dan berbagai badan akhir saraf. Contoh, badan Meissner dan badan
Pacini.
B.
Struktur
Kulit
Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu:
epidermis
dan dermis. Epidermis merupa-kan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm,
sedangkan dermis berupa jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm. Di
bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat longgar yaitu hipo-dermis, yang
pada beberapa tempat terutama terdiri dari jaringan lemak.
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan paling luar
kulit dan terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis
hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak mempunyai pembuluh darah maupun limf;
oleh karenaitu semua nutrien dan oksigen
diperoleh dari kapiler pada lapisan dermis.Epitel berlapis gepeng pada
epidermis ini tersusun oleh banyak lapis sel yang disebut keratinosit. Sel-sel
ini secara tetap diperbarui melalui mitosis
sel-sel dalam lapis basal yang
secara berangsur digeser ke permukaan epitel. Selama perjalanan-nya, sel-sel
ini berdiferensiasi, membesar, dan mengumpulkan filamen keratin dalam
sitoplasmanya. Mendekati permukaan, sel-sel ini mati dan secara tetap
dilepaskan (terkelupas).
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
permukaan adalah 20 sampai 30 hari. Modifikasi struktur selama perjalanan ini
disebut sitomorfosis dari sel-sel epider-mis.Bentuknya yang berubah pada
tingkat berbeda dalam epitel memungkinkan pembagian dalam potongan histologik
tegak lurus terhadap permukaan kulit.Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu,
dari dalam ke luar, stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum,
stratum lusidum, dan stratum korneum.
a. Stratum
basal(lapis basal, lapis benih)
Lapisan
ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang tersusun berderet-deret
di atas membran basal dan melekat pada dermis di bawahnya. Sel-selnya kuboid
atau silindris. Intinya besar, jika dibanding ukuran selnya, dan sitoplasmanya
basofilik. Pada lapisan ini biasanya terlihat gambaran mitotik sel, proliferasi
selnya berfungsi untuk regenerasi epitel. Sel-sel pada lapisan ini bermigrasi
ke arah permukaan untuk memasok sel-sel pada lapisan yang lebih superfisial.
Pergerakan ini dipercepat oleh adanya luka, dan regenerasinya dalam keadaan
normal cepat.
b. Stratum
Spinosum(lapis taju)
Lapisan
ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besar-besar berbentuk polygonal dengan
inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan. Bila dilakukan pengamatan dengan
pembesaran obyektif 45x, maka pada dinding sel yang berbatasan dengan sel di
sebelahnya akan terlihat taju-taju yang seolah-olah menghubungkan sel yang satu
dengan yang lainnya. Pada taju inilah terletak desmosom yang melekatkan sel-sel
satu sama lain pada lapisan ini. Semakin ke atas bentuk sel semakin gepeng.
c. Stratum
Granulosum(lapis berbutir)
Lapisan
ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng
yang mengandung banyak granula basofilik yang disebut granula kerato-hialin,
yang dengan mikroskop elektron ternyata merupakan partikel amorf tanpa membran
tetapi dikelilingi ribosom. Mikro-filamen melekat pada permukaan granula.
d. Stratum
Lusidum(lapis bening)
Lapisan
ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya, dan agak
eosinofilik. Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan ini. Walaupun ada sedikit desmosom, tetapi pada
lapisan ini adhesi kurang sehingga pada sajian seringkali tampak garis celah
yang memisahkan stratum korneum dari lapisan lain di bawahnya.
e. Stratum
Korneum(lapis tanduk)
Lapisan
ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti serta
sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Sel-sel yang paling permukaan merupa-kan
sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu terkelupas.
C.
Sel-sel
Epidermis
Terdapat empat jenis sel epidermis,
yaitu: keratinosit, melanosit, sel
Langerhans, dan sel Merkel.
1. Keratinosit
Keratinosit merupakan sel terbanyak
(85-95%), berasal dari ektoderm permukaan. Merupakan sel epitel yang mengalami
keratinisasi, menghasilkan lapisan kedap air dan perisai pelidung tubuh. Proses
keratinisasi berlangsung 2-3 minggu mulai dari proliferasi mitosis,
diferensiasi, kematian sel, dan pengelupasan (deskuamasi). Pada tahap akhir
diferensiasi terjadi proses penuaan seldiikuti penebalan membran sel,
kehilangan inti organel lainnya. Keratinosit merupakan sel induk bagi sel epitel
di atasnya dan derivat kulit lain.
2. Melanosit
Melanosit meliputi 7-10% sel epidermis, merupakan sel
kecil dengan cabang dendritik panjang tipis dan berakhir pada keratinosit di
stratum basal dan spinosum. Terletak di antara sel pada stratum basal, folikel
rambut dan sedikit dalam dermis. Dengan pewarnaan rutin sulit dikenali. Dengan
reagen DOPA (3,4-dihidroksi-fenilalanin), melanosit akan erlihat hitam.
Pembentukan melanin terjadi dalam melanosom, salah satu organel sel melanosit
yang mengandung asam amino tirosin dan enzim tirosinase. Melalui serentetan
reaksi, tirosin akan diubah menjadi melanin yang berfungsi sebagai tirai
penahan radiasi ultraviolet yang berbahaya.
3. Sel
Langerhans
Sel
Langerhans merupakan sel
dendritik yang bentuknya ireguler, ditemukan terutama di antara keratinosit
dalam stratum spinosum. Tidak berwarna baik dengan HE. Sel ini berperan dalam
respon imun kulit, merupakan sel pembawa-antigen yang merangsang reaksi
hipersensitivitas tipe lambat pada kulit.
4. Sel
Merkel
Jumlah
sel jenis ini paling sedikit,
berasal dari krista neuralis dan ditemukan pada lapisan basal kulit tebal,
folikel rambut, dan membran mukosa mulut. Merupakan sel besar dengan cabang
sitoplasma pendek. Serat saraf tak bermielin menembus membran basal, melebar seperti
cakram dan berakhir pada bagian bawah sel Merkel. Kemungkinan badan Merkel ini
merupakan mekano-reseptor atau reseptor rasa sentuh.
2. Dermis
Dermis terdiri atas stratum papilarisdan
stratum retikularis, batas antara kedua lapisan tidak tegas, serat antaranya
saling menjalin.
a. Stratum
Papilaris
Lapisan ini tersusun lebih longgar,
ditandai oleh adanya papila dermis yang jumlahnya bervariasi antara 50 – 250/mm,
Jumlahnya terbanyak dan lebih dalam pada daerah di mana tekanan paling besar, seperti
pada telapak kaki. Sebagian besar papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler
yang memberi nutrisi pada epitel di atasnya. Papila lainnya mengandung badan
akhir saraf sensoris yaitu badan Meissner. Tepat di bawah epidermis serat-serat
kolagen tersusun rapat.
b. Stratum
Retikularis
Lapisan ini lebih tebal dan dalam.
Berkas-berkas kolagen kasar dan sejumlah kecil serat elastin membentuk jalinan
yang padat ireguler. Pada bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka,
rongga-rongga di antaranya terisi jaringan lemak, kelenjar keringat dan
sebasea, serta folikel rambut. Serat otot polos juga ditemukan pada
tempat-tempat tertentu, seperti folikel rambut, skrotum, preputium, dan puting
payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat otot skelet menyusupi jaringan ikat
pada dermis. Otot-otot ini berperan untuk ekspresi wajah. Lapisan retikular
menyatu dengan hipodermis/fasia superfisialis di bawahnya yaitu jaringan ikat
longgar yang banyak mengandung sel lemak.
D.
Sel-sel
Dermis
Jumlah sel dalam dermis relatif sedikit.
Sel-sel dermis merupakan sel-sel jaringan ikat seperti fibroblas, sel lemak,
sedikit makrofag dan sel mast.
E.
Hipodermis
Sebuah lapisan subkutan di bawah
retikularis dermis disebut hipodermis. Ia berupa jaringan ikat lebih longgar
dengan serat kolagen halus terorientasi terutama sejajar terhadap permukaan
kulit, dengan beberapa di antaranya menyatu dengan yang dari dermis. Pada
daerah tertentu, seperti punggung tangan, lapis ini meungkinkan gerakan kulit
di atas struktur di bawahnya. Di daerah lain, serat-serat yang masuk ke dermis
lebih banyak dan kulit relatif sukar digerakkan. Sel-sel lemak lebih banyak
daripada dalam dermis. Jumlahnya tergantung jenis kelamin dan keadaan gizinya.
Lemak subkutan cenderung mengumpul di daerah tertentu. Tidak ada atau sedikit
lemak ditemukan dalam jaringan subkutan kelopak mata atau penis, namun di
abdomen, paha, dan bokong, dapat mencapai ketebalan 3 cm atau lebih. Lapisan
lemak ini disebut pannikulus adiposus.
·
Warna Kulit
Warna kulit ditentukan oleh tiga faktor,
yaitu: pigmen melanin berwarna coklat dalam stratum basal, derajat oksigenasi
darah dan keadaan pembuluh darah dalam dermis yang memberi warna merah serta
pigmen empedu dan karoten dalam lemak subkutan yang memberi warna kekuningan.
Perbedaan warna kulit tidak berhubungan dengan jumlah melanosit tetapi
disebabkan oleh jumlah granul-granul melanin yang ditemukan dalam keratinosit.
F.
Penyembuhan
luka kulit
Penyembuhan luka adalah suatu proses
dinamik kompleks yang menghasilkan pemulihan terhadap kontinuitas anatomik dan
fungsi jaringan setelah terjadi perlukaan. Penyembuhan luka dibagi dalam tiga
tahap yang saling berhubungan dan tumpang tindih dalam waktu terjadinya, yaitu:
peradangan, pembentukan jaringan (proliferasi); dan remodeling jaringan.
Salah satu tujuan utama tubuh pada
proses perbaikan luka kulit ialah mengembalikan fungsi kulit sebagai sawar
fungsional. Reepitelisasi luka kulit dimulai 24 jam setelah luka melalui
pergerakan sel-sel epitel dari tepi bebas jaringan melintasi dan dari struktur
folikel rambut yang masih tersisa pada dasar luka partial thickness.Sel-sel
epitel berubah bentuk baik secara internal dan eksternal untuk memudahkan
pergerakan.
Metamorfosis selular ini meliputi
retraksi tonofilamen intrasel, disolusi desmosom intersel dan hemi-desmosom
membran basal, serta pembentukan filamen aktin sitoplasma perifer. Sel-sel
epidermis pada tepi luka cenderung kehilangan polaritas apiko-basal dan
menjulurkan pseudopodia dari tepi basolateral bebas ke dalam luka.Pola pasti
dari migrasi epidermis yang mengalami regenerasi ini belum diketahui, tetapi
kemungkinan berupa migrasi sel tunggal melintasi permukaan luka dengan mekanisme
“lompat-katak” (leap-frogging) atau “jejak-traktor” (tractor tread).
G.
Rambut
Batang rambut merupakan struktur keratin
keras yang dihasilkan oleh bangunan epitelial berbentuk kantung yaitu folikel
rambut. Pada ujung basal folikel melebar melingkari papila pili terdiri atas
jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf yang penting bagi kelangsungan hidup
folikel rambut; bagian yang melebar disebut bulbus pili. Sel-sel terdalam pada
bulbus, yang meliputi papila pili menghasilkan batang rambut yang akan muncul ke
permukaan kulit. Sel-sel yang membungkus bulbus merupakan lanjutan sel-sel
stratum basal dan spinosum epidermis kulit. Sel-sel tersebut terus-menerus
mengalami mitosis dan meng-hasilkan berbagai selubung selular bagi rambut.
Sel-sel papila memiliki sifat induktif terhadap aktivitas folikel, dan nutrien
dari kapilernya adalah esensial untuk fungsi normalnya. Sel-sel epitel yang
membungkus papila dapat disamakan dengan sel-sel stratum basal pada epidermis,
dan mereka membentuk matriks rambut. Pada dasarnya proliferasinya berfungsi
menumbuhkan rambut.
·
Folikel rambur
Folikel rambut dikelilingi pema-datan
komponen fibrosa dermis. Di antara komponen tersebut dengan epitel folikel
terdapat membran vitrea non-seluler, yang merupakan membran basal sangat tebal
dari lapis luar epitel folikel, yang disebut sarung akar rambut luar. Pada
bagian bulbus pili, sarung akar rambut luar ini hanya setebal satu sel sesuai
stratum basal epidermis. Mendekati permukaan kulit, tebalnya beberapa lapis sel
dan memiliki strata menyerupai epidermis kulit tipis. Lapis-lapis konsentris
berikut dari folikel adalah sarung akar rambut dalam, yang memiliki tiga
komponen: lapis Henle, selapis sel gepeng yang melekat erat pada sel-sel paling
dalam dari sarung akar rambut luar, lapis Huxley, terdiri atas dua atau tiga
baris sel-sel gepeng, kutikula sarung akar rambut dalam, terdiri atas sel-sel
pipih mirip sisik tersusun mirip genteng dengan tepi bebasnya mengarah ke
bawah.
Pada permulaan perkembangan semua sel
pada folikel aktif bermitosis akan tetapikemudian setelah folikel
terdiferensiasi sempurna hanya sel-sel bagian bawah bulbus, yaitu sel matriks,
yang tetap aktif bermitosis. Sel-sel tersebutlah yang akan mengisi berbagai
bagian rambut, yaitu medula, korteks, dan kutikula.
·
Medula rambut
Medula rambut terletak paling tengah,
biasanya terlihat lebih terang daripada bagian lain. Sel-selnya berbentuk
poli-gobal, tersusun jarang satu sama lain. Di dalam sitoplasmanya dapat
terlihat sedikit pigmen melanin. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua rambut
mempunyai medula.
·
Kortek rambut
Korteks rambut merupakan bagian terbesar
rambut, mengandung beberapa lapisan konsentris yang terdiri atas sel panjang
terkeratinisasi. Melanin biasanya terjepit di antara dan di dalam sel-sel ini,
sehingga mewarnai rambut.
·
Kutikula rambut
Kutikula rambut merupakan bagian paling
luar akar dan batang rambut mengandung sel-sel paling tipis, mirip sisik,
dengan ujung bebas ke arah ujung distal. Sel-sel yang menyusun kutikula rambut
sangat pipih, saling berselisip, dan berhimpitan dengan sel-sel kutikula sarung
akar rambut dalam, sehingga sulit dibedakan satu sama lain.
·
Pertumbuhan rambut
Pertumbuhan dan pergantian rambut terjadi
secara siklis, tidak kontinu. Periode tumbuh dan istirahatnya tergantung
tempat-nya pada tubuh. Rambut kepala mempu-nyai siklus pertumbuhan sepanjang
2-3 tahun sebelum memasuki masa istirahat selama 3-4 bulan. Pada bagian tubuh
lainnya misalnya bulu mata, siklus pertumbuhan jauh lebih singkat 1-2
bulan diikuti masa istirahat 3-4 bulan. Folikel rambut biasanya berada dalam
tahap yang berbeda-beda, sehingga pergantian rambut terjadi tanpa disadari.
Hormon kelamin laki-laki (androgen) dari testis dan korteks adrenal
mempunyai pengaruh langsung pada pertumbuhanrambut pada wajah, aksila, dan
pubis. Anak lelaki yang dikebiri sebelum pubertas tak memiliki pertumbuhan
rambut yang normal seperti yang terdapat pada
laki-laki, sedangkan kekerapan mencukur dan memotong rambut tidak
mempunyai pengaruh yang jelas pada pertumbuhan rambut.Apabila folikel berhenti
tumbuh, rambut berhenti tumbuh, terputus dari bulbus dan akhirnya rontok.
Diduga kebotakan diakibatkan oleh adanya testosteron (hormon kelamin
laki-laki). Kebotakan bersifat herediter dan predisposisi genetik
ini baru timbul bila terdapat hormon
kelamin laki-laki; terbukti pada sida-sida (laki-laki yang dikebiri) meskipun
mempunyai gen kebotakan tidak akan terjadi kebotakan.
·
Warna rambut
Warna rambut disebabkan oleh adanya pigmen
melanin yang dibentuk oleh melanosit pada bulbus pili. Adanya ber-bagai macam
warna asli rambut disebabkan oleh perbedaan jumlah melanin dan perbedaan jenis
melanin, yaitu eumelanin (pigmen coklat-kehitaman) dan pheomela-nin (pigmen
merah hingga kuning). Timbulnya uban disebabkan oleh duafaktor: melanosom pada
bulbus kehi-langan kemampuan menyintesis tirosinase, enzim penting untuk sintesis melanin; batang dan bulbus rambut mengandung lebih
banyak vakuola udara sehingga granula melanin jadi tersebar.
H.
Kelenjar
Sebasea
Kelenjar sebasea atau kelenjar rambut
merupakan kelenjar holokrin yang terdapat pada seluruh kulit yang berambut.
Hampir semua kelenjar sebasea bermuara ke dalam folikel rambut kecuali yang
terdapat pada puting susu, kelopak mata, glans penis, klitoris, dan labium minus. Kelenjar sebasea yang
berhubungan dengan folikel rambut biasanya terdapat pada sisi yang sama dengan
otot penegak rambut (m. arrector pili).
I.
Kelenjar
Keringat
Kelenjar keringat ada dua jenis, yaitu
kelenjar keringat merokrin dan apokrin, yang berbeda cara sekresinya. Kelenjar
merokrin bergetah encer (banyak mengandung air), terdapat di seluruh permukaan
tubuh kecuali daerah yang berkuku; fungsinya menggetahkan keringat yang berguna
untuk ikut mengatur suhu tubuh. Kelenjar apokrin hanya terdapat pada kulit
daerah tertentu, misalnya areola mamma, ketiak, sekitar dubur, kelopak mata,
dan labium mayus. Kelenjar ini bergetah kental dan baru berfungsi setelah pubertas.
Kelenjar bergetah lilin seperti kelenjar serumen dan kelenjar Moll juga
tergolong kelenjar ini. Baik kelenjar merokrin maupun apokrin dilengkapi dengan
sel mioepitel.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu:
epidermis dan dermis. Epidermis merupakan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm,
sedangkan dermis berupa jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm. Di
bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat longgar yaitu hipo-dermis, yang
pada beberapa tempat terutama terdiri dari jaringan lemak.
Penyembuhan luka adalah suatu proses
dinamik kompleks yang menghasilkan pemulihan terhadap kontinuitas anatomik dan
fungsi jaringan setelah terjadi perlukaan. Penyembuhan luka dibagi dalam tiga
tahap yang saling berhubungan dan tumpang tindih dalam waktu terjadinya, yaitu:
peradangan, pembentukan jaringan (proliferasi); dan remodeling jaringan.
Daftar Pustaka
Bergman RA, Afifi KA, Heidger Jr PM. Histology.
Philadelphia: W.B. Saunders Company; 1996.
Bergman RA, Afifi KA, Heidger Jr PM. Histology.
Philadelphia: W.B. Saunders Company; 1996.
Calvin M. Cutaneous wound repair. Wounds
1998;10:12-32.
Clark RAF. Cutaneous tissue repair:
Basic biologic considerations. I. J Am Acad Dermatol. 1985;13:701-25.
Cormack DH. Ham’s Histology (Ninth Edition). Philadelphia: JB Lippincott
Company; 1987.
Fawcett DW. Bloom and Fawcett: A Textbook of
Histology (Twelfth Edition). New York:
Chapman & Hall;1994.
